from@salimafillah -
.
Alhamdulillah, kedua pasangan telah mendaftarkan diri sebagai Capres-Cawapres dalam Pilpres 2019. Maka tinggal kita memilih, dengan memusyawarahkannya dengan orang-orang shalih, dengan istikharah memohon petunjuk Gusti Allah. Sebab takkan rugi orang yang musyawarah, takkan menyesal orang yang istikharah.
.
Apapun pilihan kita, jangan ada yang memfitnah, mencela, menista, mengolok-olok, dan merendahkan kepada kandidat seberang maupun pendukungnya. Apalagi jika itu adalah seorang 'Alim mulia seperti Junjungan saya Allaahu yahfazhuh KH. Ma'ruf Amin. Sungguh, akan menjadi kehormatan bagi kita untuk selalu menghormati 'ilmu dan memuliakan 'ulama.
.
Yang dilakukan Pak Prabowo barangkali salah satu contoh pemuliaan itu. "Bisa saja saya memilih 'ulama untuk mendampingi saya", konon begitu ujar beliau, "Tapi di sana sudah ada Ayahanda KH. Ma'ruf Amin." Betul. Jangan sampai pemilihan pemimpin menjadi ajang adu ulama, adu agama, adu dalil, dan keterbelahan ummat. "Yang saya inginkan, Indonesia yang satu", pungkas beliau.
.
Mari dengan semangat persatuan itu kita pertimbangkan baik-baik pilihan kita. Kiprah tokoh ummat seperti Pak JK selama ini misalnya, dapat pula kita timbang seberapa dampaknya bagi kebijakan negara yang mengayomi ummat.
.
Tentang tajuk di atas?
.
Ah, kalau ini tentang saya pribadi jika ditanya. Dan adalah hak saya sebagai warga negara untuk memilih dan menyampaikan pilihan saya.
.
Saya ingin selalu ndherek dhawuh 'Ulama, meski kadang itu berarti tidak ndherek kersa mereka. 'Ndherek' artinya ikut, tabik, mengikuti. 'Dhawuh' artinya perintah yang berdasar. Dasarnya wewenang; bisa jabatan, kuasa, kepemilikan, dapat pula otoritas ilmu. Tapi 'dhawuh' seharusnya tak keluar dari tata nilai. Adapun 'kersa' artinya kemauan. Tentu ini lebih bebas sifatnya. Dan tentu ada kepentingan yang melatarinya.
.
Pilih siapa? Saya ingin ndherek dhawuh Junjungan saya KH. Ma'ruf Amin yang saat memimpin MUI sempat memfatwakan, "Pemimpin yang ingkar janji boleh tak ditaati dan jangan dipilih kembali." Inilah ndherek dhawuh. Bukan ndherek kersa. Bismillah. #2019GantiPresiden #AyoLebihBaik
.
Alhamdulillah, kedua pasangan telah mendaftarkan diri sebagai Capres-Cawapres dalam Pilpres 2019. Maka tinggal kita memilih, dengan memusyawarahkannya dengan orang-orang shalih, dengan istikharah memohon petunjuk Gusti Allah. Sebab takkan rugi orang yang musyawarah, takkan menyesal orang yang istikharah.
.
Apapun pilihan kita, jangan ada yang memfitnah, mencela, menista, mengolok-olok, dan merendahkan kepada kandidat seberang maupun pendukungnya. Apalagi jika itu adalah seorang 'Alim mulia seperti Junjungan saya Allaahu yahfazhuh KH. Ma'ruf Amin. Sungguh, akan menjadi kehormatan bagi kita untuk selalu menghormati 'ilmu dan memuliakan 'ulama.
.
Yang dilakukan Pak Prabowo barangkali salah satu contoh pemuliaan itu. "Bisa saja saya memilih 'ulama untuk mendampingi saya", konon begitu ujar beliau, "Tapi di sana sudah ada Ayahanda KH. Ma'ruf Amin." Betul. Jangan sampai pemilihan pemimpin menjadi ajang adu ulama, adu agama, adu dalil, dan keterbelahan ummat. "Yang saya inginkan, Indonesia yang satu", pungkas beliau.
.
Mari dengan semangat persatuan itu kita pertimbangkan baik-baik pilihan kita. Kiprah tokoh ummat seperti Pak JK selama ini misalnya, dapat pula kita timbang seberapa dampaknya bagi kebijakan negara yang mengayomi ummat.
.
Tentang tajuk di atas?
.
Ah, kalau ini tentang saya pribadi jika ditanya. Dan adalah hak saya sebagai warga negara untuk memilih dan menyampaikan pilihan saya.
.
Saya ingin selalu ndherek dhawuh 'Ulama, meski kadang itu berarti tidak ndherek kersa mereka. 'Ndherek' artinya ikut, tabik, mengikuti. 'Dhawuh' artinya perintah yang berdasar. Dasarnya wewenang; bisa jabatan, kuasa, kepemilikan, dapat pula otoritas ilmu. Tapi 'dhawuh' seharusnya tak keluar dari tata nilai. Adapun 'kersa' artinya kemauan. Tentu ini lebih bebas sifatnya. Dan tentu ada kepentingan yang melatarinya.
.
Pilih siapa? Saya ingin ndherek dhawuh Junjungan saya KH. Ma'ruf Amin yang saat memimpin MUI sempat memfatwakan, "Pemimpin yang ingkar janji boleh tak ditaati dan jangan dipilih kembali." Inilah ndherek dhawuh. Bukan ndherek kersa. Bismillah. #2019GantiPresiden #AyoLebihBaik