Sebelumnya saya sudah kupas bagaimana TV One mengobok-obok umat Islam dengan pemberitaannya mengenai terorisme yang bertendensi negatif terhadap gerakan Islam. Eh, kali ini malah Metro TV, si Biru milik Surya Paloh, Kaisar Nasional Demokrat yang merupakan Gerakan Restorasi itu pula ikut-ikutan menebar fitnah. Malah kejamnya, pemberitaannya nyaris membebek statement BNPT tentang kelompok radikalis di kampus dan sekolah. Katanya, Rohis sekolah sarang teroris.
Dalam tayangan beritanya tentang “pola rekrutmen teroris muda”, Metro TV menyampaikan lima poin tentang pola perekrutan tersebut, yakni :
Walaupun melalui akun resmi twitter-nya anda pada 14 September 2012 mengatakan bahwa “Metro TV tidak pernah memberitakan bahwa Rohis adalah sarang teroris”. Namun demikian, kalimat “ekstrakurikuler di masjid” jelas-jelas sangat merujuk pada kegiatan Rohani Islam (Rohis) dengan berbagai macam sebutannya. Kalau bukan Rohis, kira-kira ekstrakurikuler mana lagi yang ada di masjid sekolah? Apa Pramuka? PMR atau Klub Basket?
Jujur, sedih sekali saya melihat berita semacam ini. Miris sekali jika media sebesar Metro TV bisa terjebak ke dalam fallacy of thinking. Main pukul rata. Semua (kegiatan umat Islam) mau dilibas habis. Sampai kegiatan positif anak-anak setingkat SLTA yang menekuni ilmu agamanya pun diusik. Difitnah sebagai dalang terorisme. Seolah-olah Rohis-lah pusat inkubasi teroris.
Bagi yang belum tahu Rohis, mungkin perlu dijelaskan bagaimana Rohis ini sebenarnya. Rohis (Kerohanian Islam) adalah organisasi ekstrakurikuler di sekolah yang memfasilitasi siswa untuk mendalami agama Islam dengan berbagai variasi kegiatannya. Mulai dari pengajian umum, mentoring, pelatihan keterampilan, pergelaran seni Islam, membuat berbagai Musabaqah (perlombaan) tentang Al-Qur’an, bimbingan baca tulis Al-Qur’an, kelompok belajar, berkemah sambil bertadabbur alam, mabit (malam bina iman dan taqwa) dengan iktikaf di masjid, kegiatan olahraga dan masih banyak lagi. Pokoknya, semua serba positif.
Rohis ini mulai marak di akhir 1980-an di Pulau Jawa, saat -sekedar- kebebasan untuk berjilbab saja masih sulit didapatkan (untuk cerita lengkapnya baca Revolusi Jilbab, Alwi Alatas). Tujuannya tak lain untuk membentuk generasi muda yang berkarakter kuat. Cerdas, terampil sekaligus shalih. Tak heran rata-rata kebanyakan anak Rohis selalu menjadi juara di sekolahnya. Memenangkan berbagai olimpiade, cerdas cermat dan karya tulis ilmiah. Anak Rohis juga menjadi pucuk pimpinan OSIS. Anak Rohis juga mengorganisir kegiatan ama sosial, kegiatan seni Islam. Ini bukti bahwa Rohis mendukung untuk terbentuknya pelajar yang cerdas secara akademik dan kompeten secara skill.
Selain itu, keshalihan itu yang tak kalah penting. Makanya agama Islam dipelajari. Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dikaji. Tentu untuk dijadikan pegangan hidup sampai mati. Kelak ketika sudah selesai sekolah, saat menginjak dunia nyata, alumni Rohis insya Allah tetap istiqamah dengan keshalihannya. Di pemerintahan ia pertahankan style kejujurannya, meski banyak umpatan.
Sudah tentulah ini semua produk yang positif dari pembinaan Rohis. Kalau Metro TV selama ini memberitakan berbagai fakta jelek tentang bobroknya kualitas dan mentalitas generasi muda, maka anak Rohis adalah fakta indahnya. Saat anak muda yang lain hanyut dalam hura-hura, gaya hidup hedonis, pergaulan bebas hingga tawuran dan penyalahgunaan narkoba, maka anak Rohis menghisap rokokpun ogah. Pacaranpun mereka tidak mau karena hendak menghindari zina. Bahkan di antara mereka dihidupkan suasa ukhuwah. Kental sekali persaudaraannya. Bersemangat saling membantu siapa saja. Subhanallah.
Maka miris sekali rasanya jika Metro TV, menyiarkan tayang berita penuh provokasi ini. Isinya sama sekali tidak bertanggungjawab. Tidak tahukah mereka Gubernur Jawa Barat yang fenomenal dengan segudang prestasi dan keteladanan itu adalah alumni Rohis? Dalam akun Facebooknya, Ahmad Heryawan memposting sebuah foto dengan tulisan: “Saya juga alumni Rohis, sebaiknya siapapun tidak menjeneralisir bahwa Rohis adalah sarang teroris atau tempat perekrutan teroris muda. Masyarakat akan menjadi bingung dan akan sangat menyakiti banyak pihak, terutama aktifis Rohis, orang tua mereka, bahkan ummat Islam. Sebaiknya pemberitaan media bisa lebih bijak.”
Contoh lainnya, Mahasiswa Berprestasi Nasional Shafwan Al-Banna dan Danang Ambar Prabowo juga alumni Rohis. Banyak pengusaha sukses yang teguh dengan kejujuran juga alumni Rohis, sebagiannya kini berhimpun di Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia. Banyak anggota dewan di berbagai level juga dulunya pegiat Rohis. Banyak aktivis LSM anti korupsi dan LSM yang bergerak di bidang hukum dan HAM juga alumni Rohis. Tak sedikit alumni Rohis yang meneruskan S2 dan S3 di Eropa, Amerika, Australia dan Timur Tengah. Apa mereka ini juga teroris?
Saya sendiri juga alumni Rohis. Dulu saya jadi Ketua Divisi Kaderisasi Rohis SMA Negeri 1 Binjai dan di kelas 3, saya diamanah menjadi Ketua Umum Gabungan Rohis SLTA se-Kota Binjai. Alhamdulillah, saya juga mendapat istri alumni Rohis. Orangnya manis, lembut dan tidak anarkis. Sumpah! Kini saya bekerja di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan. Sementara istri saya menjadi apoteker penanggungjawab di sebuah perusahaan farmasi. Apa kami ini juga teroris?
Apa bukti dari semua fitnah keji ini? Oh, Metro TV menyatakan bahwa data yang disampaikan merupakan hasil penelitian ilmiah salah seorang sumber, Guru Besar UIN yang bernama Prof. Dr. Bambang Pranowo. Namun, pendapat yang keliru itu memunculkan banyak pertanyaan khususnya terkait validitas data yang digunakan. Pakai data model apa? Kurang banyak apa alumni Rohis yang shalih dan berprestasi?
Atau jangan-jangan sebenarnya dari awal Metro TV ingin anak-anak SMP dan SMA kita menjauhi masjid saja? Sebab berita ini menggiring opini kalau kita ikut Rohis, kita bakal jadi teroris. Maka para guru, hentikan kegiatan Rohis. Maka para orangtua, jangan biarkan anakmu ikut kegiatan Rohis.
Akhirnya, berita nyeleneh dan tak bertanggungjawab ini membuat Metro TV diserang habis-habisan di jejaring sosial. Sejak kemarin, di twitter sudah muncul hashtag #CintaRohis dengan twit serta foto-foto pro Rohis dan mengecam Metro TV. Dalam sekejap followernya meningkat drastis. Twitnya di retweet sana-sini. Di facebook juga statement dan foto-foto kecaman kepada Metro TV dari gerakan #CintaRohis ini meluas. Mereka meminta kepada Menkominfo, Tifatul Sembiring untuk menegur Metro TV. Bahkan sampai ada wacana untuk memboikot stasiun TV milik Ketua Dewan Pembina Partai Nasional Demokrat tersebut.
Di Jakarta, Forum Komunikasi Alumni Rohis (FKAR) meminta Metro TV meminta maaf atas hal tersebut. “Kami Forum Komunikasi Alumni Rohis, SMP dan SMA Jakarta menuntut Metro TV untuk meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia karena telah memberitakan masjid-masjid sekolah sebagai tempat rekrutmen teroris,” ujar FKAR melalui broadcast BlackBerry, Sabtu (15/9). FKAR meminta Metro TV untuk tidak mengulangi penyebutan masjid-masjid sekolah sebagai tempat rekrutmen teroris. Jika mengulanginya, FKAR akan tuntut Metro TV. “Supaya dicabut hak siarnya karena melakukan keresahan dan pembohongan publik. Tidak layak menjadi lembaga penyiaran.”
Sementara itu, vokalis grup nasyid Izzatul Islam, Afwan Riyadi, juga para aktivis dakwah sekolah serta aktivis dakwah kampus menyatakan akan melakukan somasi terhadap pemberitaan Metro TV tersebut.
“Insya Allah, semoga dimudahkan Allah. Senin besok saya akan mengajukan somasi kepada Metro TV atas tayangan Info Grafik mereka yang memfitnah ekstrakurikuler di masjid-masjid SMP/SMA umum sebagai pintu masuk teroris,” katanya.
Ia mengatakan bahwa Rohis-phobia akan menghambat gerakan dakwah yang berujung pada rusaknya generasi muda. “Tayangan ini bisa menciptakan ROHIS Phobia di kalangan sekolah maupun orang tua siswa. Ujungnya, dakwah Islam di kalangan remaja Islam menjadi semakin sulit. Apa jadinya generasi kita mendatang?” katanya retoris.
Hingga kini, di jejaring sosial marak disebarkan ajakan untuk mengirimkan sms aduan ke Komisi Penyiaran Indonesia. Pesan tersebut berisi himbauan begini:
Ayo kirimkan SMS pengaduan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) ke nomor 08121307000 (tarif normal) atas ketidaksetujuan kita dengan pemberitaan GEGABAH MetroTV yang mengasosiasikan Rohis / Masjid sekolah dengan sarang teroris.
Contoh format SMS:
“Kami menuntut Metro TV untuk meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia terutama adik-adik ROHIS karena telah memberitakan masjid-masjid sekolah sebagai tempat rekrutmen teroris. Metro TV juga harus mencabut berita tersebut. Dan Metro TV juga harus berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Jika tetap mengulanginya, kami menuntut Metro TV agar dicabut hak siarnya karena melakukan pembohongan publik yang menyebabkan keresahan di masyarakat, sehingga tidak layak menjadi lembaga penyiaran.”
Ketua Komisi Fatwa MUI, KH Ma’ruf Amin sendiri meminta organisasi rohani islam (Rohis) tidak digeneralisir sebagai sarang teroris. Menurutnya, penyebutan Rohis sebagai sarang teroris akan menimbulkan stigma negatif terhadap organisasi di sekolah tersebut. “Jangan digeneralisir seperti itu. Pernyataan yang demikian justru akan menimbulkan sikap saling curiga,” ujar Ma’ruf kepada merdeka.com, Sabtu (15/9). “Kalau memang ada tangkap saja langsung, tapi jangan digeneralisir. Akibatnya nanti akan saling tuding dan saling lempar,” imbuhnya.
Sementara itu, penulis buku Islam Liberal 101 Ustadz Akmal Sjafril menyatakan bahwa tudingan seperti itu adalah hal wajar. “Nasib para ulama, kyai, santri, dan mujahid memang selalu begitu. Indonesia tidak mungkin merdeka tanpa mereka. Mereka ini tidak perlu diajari nasionalisme, tidak perlu diajari Pancasila, tapi kalau penjajah datang, langsung siap berjihad. Setelah Indonesia merdeka pun pengakuan kedaulatan datang dari para ulama dan mujahid di Timur Tengah. Tapi setelah kondisi stabil, selalu saja orang sekuler yang sok-sokan, seolah-olah mereka paling berjasa pada negeri ini,” katanya.
Ia menganggap bahwa tudingan bahwa Rohis adalah sarang teroris merupakan modus rezim terdahulu yang diikuti oleh media massa sekuler sekarang. “Di era Orde Lama, politik Islam diberangus. Di era Orde Baru, intel disusupkan di mana-mana, mau pengajian saja susah, mau khutbah saja mesti laporan. Sekarang, Rohis dituduh teroris pula. Ada Rohis saja kondisi pemuda bangsa ini sudah awut-awutan. Mau jadi apa bangsa ini kalau tidak ada Rohis?”
Jadi, semakin susah saja ya mempercayai pemberitaan media sekarang ini. Kalau memang kebetulan ada satu-dua oknum alumni Rohis melakukan tindak teroris, tangkap saja. Proses secara hukum. Jangan Rohisnya dibabat. Jangan disamakan semua anak Rohis begitu. Itu namanya fallacy of dramatic instant. Kalau misalnya ada koruptor yang dulu aktif di Pramuka, apa kita akan curigai Pramuka? Kalau kita mau menangkap tikus nakal di rumah, apa sekalian rumahnya kita bakar? Asal tahu saja, sebelum ini, yang ngomong bahwa Rohis itu sarang teroris adalah Sydney Jones, seorang Indonesianis asal Australia yang seolah paling tahu tentang umat Islam di Indonesia. Inikah yang dijadikan sumber provokasi ini?
Muak kita dengan berita macam ini. SUMPAH! Saya pribadi mulai saat ini selalu mengawali menonton berita Metro TV dengan kecurigaan, apalagi jika itu berkaitan dengan Islam. Semoga kita menjadi pembaca, pendengar dan penonton yang selalu mencerdasi setiap informasi sebelum dilumat untuk kemudian diimani. Wallahu a’lam bish-shawab.
NB: Oya, di Aceh, tempat saya kini berdomisili orang-orang mulai menjauhi Partai Nasdem yang dibina oleh Surya Paloh -yang juga orang Aceh itu sendiri gara-gara pemberitaan semacam ini. Kesannya Metro TV dan -akhirnya juga- Nasdem itu anti-Islam. Apalagi belum lama ini, seorang politisi Nasdem -yang juga orang Aceh-, Ferry Mursyidan Baldan turut menghadiri acara HUT Israel di Singapura.
http://politik.kompasiana.com/2012/09/15/rohis-dan-fitnah-busuk-metro-tv/
Dalam tayangan beritanya tentang “pola rekrutmen teroris muda”, Metro TV menyampaikan lima poin tentang pola perekrutan tersebut, yakni :
- Sasarannya siswa SMP Akhir – SMA dari sekolah-sekolah umum
- Masuk melalui program ekstrakurikuler di masjid-masjid sekolah
- Siswa-siswi yang terlihat tertarik kemudia diajak diskusi di luar sekolah
- Dijejali berbagai kondisi sosial yang buruk, penguasa yang korup, keadilan tidak seimbang
- Dijejali dengan doktrin bahwa penguasa adalah toghut/kafir/musuh
Walaupun melalui akun resmi twitter-nya anda pada 14 September 2012 mengatakan bahwa “Metro TV tidak pernah memberitakan bahwa Rohis adalah sarang teroris”. Namun demikian, kalimat “ekstrakurikuler di masjid” jelas-jelas sangat merujuk pada kegiatan Rohani Islam (Rohis) dengan berbagai macam sebutannya. Kalau bukan Rohis, kira-kira ekstrakurikuler mana lagi yang ada di masjid sekolah? Apa Pramuka? PMR atau Klub Basket?
Jujur, sedih sekali saya melihat berita semacam ini. Miris sekali jika media sebesar Metro TV bisa terjebak ke dalam fallacy of thinking. Main pukul rata. Semua (kegiatan umat Islam) mau dilibas habis. Sampai kegiatan positif anak-anak setingkat SLTA yang menekuni ilmu agamanya pun diusik. Difitnah sebagai dalang terorisme. Seolah-olah Rohis-lah pusat inkubasi teroris.
Bagi yang belum tahu Rohis, mungkin perlu dijelaskan bagaimana Rohis ini sebenarnya. Rohis (Kerohanian Islam) adalah organisasi ekstrakurikuler di sekolah yang memfasilitasi siswa untuk mendalami agama Islam dengan berbagai variasi kegiatannya. Mulai dari pengajian umum, mentoring, pelatihan keterampilan, pergelaran seni Islam, membuat berbagai Musabaqah (perlombaan) tentang Al-Qur’an, bimbingan baca tulis Al-Qur’an, kelompok belajar, berkemah sambil bertadabbur alam, mabit (malam bina iman dan taqwa) dengan iktikaf di masjid, kegiatan olahraga dan masih banyak lagi. Pokoknya, semua serba positif.
Rohis ini mulai marak di akhir 1980-an di Pulau Jawa, saat -sekedar- kebebasan untuk berjilbab saja masih sulit didapatkan (untuk cerita lengkapnya baca Revolusi Jilbab, Alwi Alatas). Tujuannya tak lain untuk membentuk generasi muda yang berkarakter kuat. Cerdas, terampil sekaligus shalih. Tak heran rata-rata kebanyakan anak Rohis selalu menjadi juara di sekolahnya. Memenangkan berbagai olimpiade, cerdas cermat dan karya tulis ilmiah. Anak Rohis juga menjadi pucuk pimpinan OSIS. Anak Rohis juga mengorganisir kegiatan ama sosial, kegiatan seni Islam. Ini bukti bahwa Rohis mendukung untuk terbentuknya pelajar yang cerdas secara akademik dan kompeten secara skill.
Selain itu, keshalihan itu yang tak kalah penting. Makanya agama Islam dipelajari. Al-Qur’an dan Sunnah Nabi dikaji. Tentu untuk dijadikan pegangan hidup sampai mati. Kelak ketika sudah selesai sekolah, saat menginjak dunia nyata, alumni Rohis insya Allah tetap istiqamah dengan keshalihannya. Di pemerintahan ia pertahankan style kejujurannya, meski banyak umpatan.
Sudah tentulah ini semua produk yang positif dari pembinaan Rohis. Kalau Metro TV selama ini memberitakan berbagai fakta jelek tentang bobroknya kualitas dan mentalitas generasi muda, maka anak Rohis adalah fakta indahnya. Saat anak muda yang lain hanyut dalam hura-hura, gaya hidup hedonis, pergaulan bebas hingga tawuran dan penyalahgunaan narkoba, maka anak Rohis menghisap rokokpun ogah. Pacaranpun mereka tidak mau karena hendak menghindari zina. Bahkan di antara mereka dihidupkan suasa ukhuwah. Kental sekali persaudaraannya. Bersemangat saling membantu siapa saja. Subhanallah.
Maka miris sekali rasanya jika Metro TV, menyiarkan tayang berita penuh provokasi ini. Isinya sama sekali tidak bertanggungjawab. Tidak tahukah mereka Gubernur Jawa Barat yang fenomenal dengan segudang prestasi dan keteladanan itu adalah alumni Rohis? Dalam akun Facebooknya, Ahmad Heryawan memposting sebuah foto dengan tulisan: “Saya juga alumni Rohis, sebaiknya siapapun tidak menjeneralisir bahwa Rohis adalah sarang teroris atau tempat perekrutan teroris muda. Masyarakat akan menjadi bingung dan akan sangat menyakiti banyak pihak, terutama aktifis Rohis, orang tua mereka, bahkan ummat Islam. Sebaiknya pemberitaan media bisa lebih bijak.”
Contoh lainnya, Mahasiswa Berprestasi Nasional Shafwan Al-Banna dan Danang Ambar Prabowo juga alumni Rohis. Banyak pengusaha sukses yang teguh dengan kejujuran juga alumni Rohis, sebagiannya kini berhimpun di Jaringan Pengusaha Muslim Indonesia. Banyak anggota dewan di berbagai level juga dulunya pegiat Rohis. Banyak aktivis LSM anti korupsi dan LSM yang bergerak di bidang hukum dan HAM juga alumni Rohis. Tak sedikit alumni Rohis yang meneruskan S2 dan S3 di Eropa, Amerika, Australia dan Timur Tengah. Apa mereka ini juga teroris?
Saya sendiri juga alumni Rohis. Dulu saya jadi Ketua Divisi Kaderisasi Rohis SMA Negeri 1 Binjai dan di kelas 3, saya diamanah menjadi Ketua Umum Gabungan Rohis SLTA se-Kota Binjai. Alhamdulillah, saya juga mendapat istri alumni Rohis. Orangnya manis, lembut dan tidak anarkis. Sumpah! Kini saya bekerja di Direktorat Jenderal Bea dan Cukai, Kementerian Keuangan. Sementara istri saya menjadi apoteker penanggungjawab di sebuah perusahaan farmasi. Apa kami ini juga teroris?
Apa bukti dari semua fitnah keji ini? Oh, Metro TV menyatakan bahwa data yang disampaikan merupakan hasil penelitian ilmiah salah seorang sumber, Guru Besar UIN yang bernama Prof. Dr. Bambang Pranowo. Namun, pendapat yang keliru itu memunculkan banyak pertanyaan khususnya terkait validitas data yang digunakan. Pakai data model apa? Kurang banyak apa alumni Rohis yang shalih dan berprestasi?
Atau jangan-jangan sebenarnya dari awal Metro TV ingin anak-anak SMP dan SMA kita menjauhi masjid saja? Sebab berita ini menggiring opini kalau kita ikut Rohis, kita bakal jadi teroris. Maka para guru, hentikan kegiatan Rohis. Maka para orangtua, jangan biarkan anakmu ikut kegiatan Rohis.
Akhirnya, berita nyeleneh dan tak bertanggungjawab ini membuat Metro TV diserang habis-habisan di jejaring sosial. Sejak kemarin, di twitter sudah muncul hashtag #CintaRohis dengan twit serta foto-foto pro Rohis dan mengecam Metro TV. Dalam sekejap followernya meningkat drastis. Twitnya di retweet sana-sini. Di facebook juga statement dan foto-foto kecaman kepada Metro TV dari gerakan #CintaRohis ini meluas. Mereka meminta kepada Menkominfo, Tifatul Sembiring untuk menegur Metro TV. Bahkan sampai ada wacana untuk memboikot stasiun TV milik Ketua Dewan Pembina Partai Nasional Demokrat tersebut.
Di Jakarta, Forum Komunikasi Alumni Rohis (FKAR) meminta Metro TV meminta maaf atas hal tersebut. “Kami Forum Komunikasi Alumni Rohis, SMP dan SMA Jakarta menuntut Metro TV untuk meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia karena telah memberitakan masjid-masjid sekolah sebagai tempat rekrutmen teroris,” ujar FKAR melalui broadcast BlackBerry, Sabtu (15/9). FKAR meminta Metro TV untuk tidak mengulangi penyebutan masjid-masjid sekolah sebagai tempat rekrutmen teroris. Jika mengulanginya, FKAR akan tuntut Metro TV. “Supaya dicabut hak siarnya karena melakukan keresahan dan pembohongan publik. Tidak layak menjadi lembaga penyiaran.”
Sementara itu, vokalis grup nasyid Izzatul Islam, Afwan Riyadi, juga para aktivis dakwah sekolah serta aktivis dakwah kampus menyatakan akan melakukan somasi terhadap pemberitaan Metro TV tersebut.
“Insya Allah, semoga dimudahkan Allah. Senin besok saya akan mengajukan somasi kepada Metro TV atas tayangan Info Grafik mereka yang memfitnah ekstrakurikuler di masjid-masjid SMP/SMA umum sebagai pintu masuk teroris,” katanya.
Ia mengatakan bahwa Rohis-phobia akan menghambat gerakan dakwah yang berujung pada rusaknya generasi muda. “Tayangan ini bisa menciptakan ROHIS Phobia di kalangan sekolah maupun orang tua siswa. Ujungnya, dakwah Islam di kalangan remaja Islam menjadi semakin sulit. Apa jadinya generasi kita mendatang?” katanya retoris.
Hingga kini, di jejaring sosial marak disebarkan ajakan untuk mengirimkan sms aduan ke Komisi Penyiaran Indonesia. Pesan tersebut berisi himbauan begini:
Ayo kirimkan SMS pengaduan ke Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) ke nomor 08121307000 (tarif normal) atas ketidaksetujuan kita dengan pemberitaan GEGABAH MetroTV yang mengasosiasikan Rohis / Masjid sekolah dengan sarang teroris.
Contoh format SMS:
“Kami menuntut Metro TV untuk meminta maaf kepada seluruh rakyat Indonesia terutama adik-adik ROHIS karena telah memberitakan masjid-masjid sekolah sebagai tempat rekrutmen teroris. Metro TV juga harus mencabut berita tersebut. Dan Metro TV juga harus berjanji untuk tidak mengulanginya lagi. Jika tetap mengulanginya, kami menuntut Metro TV agar dicabut hak siarnya karena melakukan pembohongan publik yang menyebabkan keresahan di masyarakat, sehingga tidak layak menjadi lembaga penyiaran.”
Ketua Komisi Fatwa MUI, KH Ma’ruf Amin sendiri meminta organisasi rohani islam (Rohis) tidak digeneralisir sebagai sarang teroris. Menurutnya, penyebutan Rohis sebagai sarang teroris akan menimbulkan stigma negatif terhadap organisasi di sekolah tersebut. “Jangan digeneralisir seperti itu. Pernyataan yang demikian justru akan menimbulkan sikap saling curiga,” ujar Ma’ruf kepada merdeka.com, Sabtu (15/9). “Kalau memang ada tangkap saja langsung, tapi jangan digeneralisir. Akibatnya nanti akan saling tuding dan saling lempar,” imbuhnya.
Sementara itu, penulis buku Islam Liberal 101 Ustadz Akmal Sjafril menyatakan bahwa tudingan seperti itu adalah hal wajar. “Nasib para ulama, kyai, santri, dan mujahid memang selalu begitu. Indonesia tidak mungkin merdeka tanpa mereka. Mereka ini tidak perlu diajari nasionalisme, tidak perlu diajari Pancasila, tapi kalau penjajah datang, langsung siap berjihad. Setelah Indonesia merdeka pun pengakuan kedaulatan datang dari para ulama dan mujahid di Timur Tengah. Tapi setelah kondisi stabil, selalu saja orang sekuler yang sok-sokan, seolah-olah mereka paling berjasa pada negeri ini,” katanya.
Ia menganggap bahwa tudingan bahwa Rohis adalah sarang teroris merupakan modus rezim terdahulu yang diikuti oleh media massa sekuler sekarang. “Di era Orde Lama, politik Islam diberangus. Di era Orde Baru, intel disusupkan di mana-mana, mau pengajian saja susah, mau khutbah saja mesti laporan. Sekarang, Rohis dituduh teroris pula. Ada Rohis saja kondisi pemuda bangsa ini sudah awut-awutan. Mau jadi apa bangsa ini kalau tidak ada Rohis?”
Jadi, semakin susah saja ya mempercayai pemberitaan media sekarang ini. Kalau memang kebetulan ada satu-dua oknum alumni Rohis melakukan tindak teroris, tangkap saja. Proses secara hukum. Jangan Rohisnya dibabat. Jangan disamakan semua anak Rohis begitu. Itu namanya fallacy of dramatic instant. Kalau misalnya ada koruptor yang dulu aktif di Pramuka, apa kita akan curigai Pramuka? Kalau kita mau menangkap tikus nakal di rumah, apa sekalian rumahnya kita bakar? Asal tahu saja, sebelum ini, yang ngomong bahwa Rohis itu sarang teroris adalah Sydney Jones, seorang Indonesianis asal Australia yang seolah paling tahu tentang umat Islam di Indonesia. Inikah yang dijadikan sumber provokasi ini?
Muak kita dengan berita macam ini. SUMPAH! Saya pribadi mulai saat ini selalu mengawali menonton berita Metro TV dengan kecurigaan, apalagi jika itu berkaitan dengan Islam. Semoga kita menjadi pembaca, pendengar dan penonton yang selalu mencerdasi setiap informasi sebelum dilumat untuk kemudian diimani. Wallahu a’lam bish-shawab.
NB: Oya, di Aceh, tempat saya kini berdomisili orang-orang mulai menjauhi Partai Nasdem yang dibina oleh Surya Paloh -yang juga orang Aceh itu sendiri gara-gara pemberitaan semacam ini. Kesannya Metro TV dan -akhirnya juga- Nasdem itu anti-Islam. Apalagi belum lama ini, seorang politisi Nasdem -yang juga orang Aceh-, Ferry Mursyidan Baldan turut menghadiri acara HUT Israel di Singapura.
http://politik.kompasiana.com/2012/09/15/rohis-dan-fitnah-busuk-metro-tv/
Posting Komentar