Pagi itu saya melintas di lorong SMA Mujahidin, mau mengantar pesanan herba HPAI...
Saat melangkah dalam kesunyian, aku melewati lorong penuh kenangan. Kenangan masa lalu penuh dengan cucuran keringat ditemani senjata setia... Upsss awas ada yang mengintai, santai saja senjata disini adalah sapu, serok dan alat pel lantai" heeee...
Iya, dilorong inilah dulu aku menginjakkan kakiku pertama kali di Yayasan Masjid Mujahidin sebagai seorang karyawan kebersihan. Kadang ketika sore sudah kecapaian, selepas isyapun aku asyik menemani senjata setiaku itu. Kadang bulu kuduk ini berdiri, namun selalu ada bisikan "kenapa harus takut, manusia lebih mulia daripada syaitan"...
Itu yang selalu menguatkan dan menepis cerita-cerita horor. Alhamdulillah, tidak ada satupun makhluk yang menampakkan diri " mungkin tampangku Sudah menakutkan mungkin ya, heee". Hemmm, Sebuah kenangan hidup...
Saat melangkah ke arah tangga, Aku masih ingat dipojok tangga itu. Disitulah aku setiap pagi jam 07.00 menjaga gerbang agar anak-anak tidak keluar saat pelajaran berlangsung.
Heemmm... Kenangan yang penuh suka dan duka. Ada saja yang merayu biru agar boleh keluar, Kadang posturku yang kecil ini, ada saja yang melawan. Senjata satu-satunya, aku catat namanya dibuku laporan "menghindari adu jotos, bukannya takut tapi sakit kalau kena jotos... Hee".
Alhamdulillah lambat laun mereka paham, bahwa aku hanya melaksanakan tugas... Jadi mohon hormati dan kerjasamanya agar terwujud siswa yang tertib dan disiplin. Indahnya kenangan saat itu...
Saat menuruni tangga, lamunanku terpecah... ada yang mengganjal dan menggerakkan aku untuk kembali kelorong tadi... Hiiikkk, ada apa ya???
Akupun mengerakkan kakiku berbalik arah menuju lorong dengan berjuta penasaran...
Ketika tepat di lorong, aku melihat hasil karya potret anak-anak.
Aku berkata lirih " hemm, bagus juga foto-foto ini".
Dan spontan aku setengah berteriak "looo, ini kan mbah Dul... Dimana beliau sekarang". Kangen dengan sapaan beliau " kapan pulang kampung?"
Beliau asalnya dari kota Jember, Insyallah. Merantau ke Surabaya dan tinggal di Masjid Mujahidin. Beliau orangnya cekatan dan tanggap pada lingkungannya. Jadi beliau sangat disenangi kawan-kawan karena sering membantu.
Memang sudah lama Aku tak bertemu beliau, sejak pindah dari Marbot masjid ke karyawan di TK Mujahidin sampai sekarang pindah lagi di SD Mujahidin. Entah dimana kau Mbah Dul...!!!
Mbah Dul ini, sosok yang luar biasa bagiku... Usia beliau sudah senja, namun semangatnya mengalahkan kami yang masih muda. Setiap hari mengayuh Becak untuk membiayai kehidupan sehari- hari.
Jadi setelah sekitar 1,5 tahun di SMA Mujahidin aku dipindah tugas jadi marbot Masjid. Awalnya, berat karena sudah merasa yaman dan beradaptasi dengan lingkungan anaNamun. Namun, sebagai bawahan harus patuh pada atasan #edisi curhat.
Saat di bertugas masjid, siklus kerjanya mulai berubah... Jam kerja harus selesai pada waktu itu, dan ada piket jaga waktu shalat 5 waktu. Ada enaknya juga, habis asar sudah istirahat kecuali yang piket jaga waktu Shalat lima waktu.
Waktu itu marbot masjid ada 3 orang yaitu aku sendiri, mas Ibnu dan mas Mucib. Ada satu lagi namanya, mas Darsono yang waktu itu masih sekolah, jadi tidak kena piket jaga waktu shalat.
Di Masjid inilah, aku mengenal sosok Mbah Dul ini. Beliau aktifitas hariannya sebagai pengayuh becak. Sedangkan tidur beliau diteras masjid Mujahidin.
Beliau mengayuh becak hanya sampai sekitar jam 11, sebelum duhur. Dan sudah stanbay dengan pakaian muslim disertai peci hitam tua ciri khas beliau. Tidak lupa beliau selalu menyalakan lampu masjid 10 menit sebelum waktu adzan. Dan menjadi pengingat kami ketika sedang asyik merebahkan tubuh yang lelah dengan gesekan sendi-sendi tulang dan bermandikan keringat. Saat-saat seperti itu rasa kantuk sangat kuat memanggil... Beliaulah yang sering membangunkan kami, saat waktu mendekati adzan.
Beliau meski mengayuh becak, namun tidak pernah shalat dengan Kaos ataupun baju yang kotor bekas mengayuh. Selalu ada baju khusus untuk shalat "jadi ingat diriku, kadang shalat tak memperhatikan pakaianku"
Yang menjadi aku kagum pada beliau adalah selalu tidur diawal waktu dan selalu bangun disepertiga malam. Kebiasaan beliau juga membangunkan kami yang bertugas piket jaga waktu shalat saat adzan pertama jam 3 pagi dan saat mau adzan subuh.
Jadi di Masjid Mujahidin, ada adzan sebelum adzan subuh sekitar 1 jam dari waktu subuh.
Kadang beliau salah membangunkan yang jaga. Kadang saat terlelap tidur, ada yang menggetarkan badanku dengan keras. Dengan sedikit membuka mata, melihat wajah khas beliau dihiasi songkok tua berwarna hitam.
Saat waktunya piket, aku jawab "iya mbah, sambil melirik jam dinding"
Tapi jangan harap berhenti membangunkan, kalau kita tidak duduk atau kalau kita tidak piket menyahuti "bukan aku mbah, yang piket... Itu Ibnu yang piket".
Kalau dapat jawaban itu, beliau langsung mencari yang namanya Ibnu sampai ketemu. Kalau Ibnu tidak ketemu maka, kembali kekita lagi kalau tidak ada. Terpaksa deh, ikut bangun dan mencari sosok ibnu (oawalah lagi mancing to mas Ibnunya.... Wkwkwkwk).
Entah dimana beliau sekarang, sosok yang sangat menginpirasi keteguhan menghadapi kerasnya Kehidupan dan Ketekunan melaksanakan Haknya pada Allah, tidak pernah melupakan ibadah kepada Allah.
Dimanapun beliau sekarang berada, semoga Allah selalu memberikan perlindungan dan kesehatan. Aamiin
Pasar Keputran Surabaya, Jumat 3 Syawal 1437 H/8 Juli 2016
Posting Komentar