)|( Muhammad Luthfi Ari S)|(
Toyota Alphard dan Bajaj tetaplah berbeda meski keduanya memiliki bentuk roda yang sama yakni bundar.
PKS seolah menjadi actor antagonis dari sebuah drama politik yang entah
disutradarai oleh siapa. Semuanya bermula ketika PKS ngotot
menggulirkan hak angket mafia pajak. Bersama Partai Golkar, PKS menjadi
partai yang berbeda sikapnya dengan partai koalisi pendukung SBY
terkait hak angket tersebut. ketika akhirnya pendukung hak angket kalah
dalam voting, saat itu pula drama politik PKS bergulir.
Diawali dengan isu korupsi daging impor yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian, video mesum tidak mirip Anis Matta, lalu secara tiba-tiba muncul Yusuf Supendi yang menggugat petinggi PKS dengan berbagai tuduhan, hingga berujung pada kasus Arifinto yang tertangkap kamera wartawan sedang “melihat” materi porno di ipadnya saat Sidang Paripurna.
Diawali dengan isu korupsi daging impor yang dilakukan oleh Kementerian Pertanian, video mesum tidak mirip Anis Matta, lalu secara tiba-tiba muncul Yusuf Supendi yang menggugat petinggi PKS dengan berbagai tuduhan, hingga berujung pada kasus Arifinto yang tertangkap kamera wartawan sedang “melihat” materi porno di ipadnya saat Sidang Paripurna.
Hujatan publik mengalir deras. Cercaan dan makian bertubi-tubi
menghujani tubuh PKS. Kata mereka: “PKS menjual agama”; “ PKS partai
munafik”; PKS partai porno”; “PKS tak ada bedanya dengan partai lain”.
Benarkah PKS sama dengan partai lainnya?
PKS Tetap Beda!
PKS bukanlah kumpulan malaikat yang karena tak punya nafsu maka tak
bisa berbuat salah. PKS juga bukan kumpulan setan yang setiap saat
selalu berbuat salah dan berkewajiban mengajak orang lain untuk
mengikuti jejaknya.
PKS hanya jamaah manusia yang berusaha seoptimal mungkin “mendekati”
kesucian malaikat untuk tak berbuat dosa dan disaat yang sama berusaha
semaksimal mungkin menjauhi setan agar tak terjerumus dalam
kesesatannya.
Setiap pekan kader PKS mengkaji Islam sebagai cara kader PKS mengenal
lebih dekat ajaran Allah yang dibawa oleh Rasulullah saw. Setiap pekan
kader PKS di mutaba’ah: berapa kali kader PKS sholatjamaah?; berapa
kali kader PKS sholat sunnah?; berapa kali kader PKS puasa?; berapa
kali kader PKS membaca dan mentadabburi al-Qur’an?; berapa kali kader
PKS sholat malam?; berapa kali kader PKS berinfak?; berapa kali kader
PKS bersilaturahim?; berapa kali kader PKS membaca buku?; dan berapa
kali kader PKS melakukan amal-amal kebaikanlainnya?
Itu semua sebagai cara kader PKS mempraktekkan ajaran Islam yang
lengkap dan paripurna. Itulah cara kader PKS menjauhi perbuatan dosa.
Itulah cara kader PKS mengendalikan nafsu. Itulah cara kader PKS
“mendekati” kesempurnaan malaikat yang bebas dari dosa. Dan, sekali
lagi, itulah cara kader PKS menjauhi godaan setan yang tak pernah kenal
lelah mendatangi kader PKS dari seluruh penjuru mata angin, bahkan
hingga merasuk kedalam hembusan nafas dan aliran darah kader PKS.
Beberapa pekan sekali kader PKS mabit untuk membersihkan hati dari
debu-debu dosa. Kader PKS sholat malam berjamaah, kader PKS
bermuhasabah, kader PKS mengkaji Islam. Begitu indah. Suasana
kebersamaan begitu terasa. Kader PKS terikat bukan hanya karena factor
politik; tapi ikatan iman dan aqidah.
Adakah partai lain melakukan apa yang PKS kerjakan? Sejauh pengamatan
kami: belum ada! Bagi kader PKS, partai hanya sebuah sarana dakwah;
bukan tujuan; bukan segala-galanya.
Lalu, mengapa masih ada kader PKS yang terjebak rayuan maut setan?
Itulah bukti bahwa kader PKS manusia; bukan malaikat. Bukti bahwa setan
tak kenal lelah menggoda manusia dengan berbagai trik jitu dan halus.
Bayangkan, kader PKS saja yang berusaha keras menginternalisasi
nilai-nilai Islam kepada paraanggotanya, ternyata masih kecolongan.
Lalu, bagaimana jadinya dengan partai lain yang Cuma menjadikan politik
sebagai sarana merebut dan mempertahankan kekuasaan?
PKS Tetap Beda!
Bagi yang menganggap PKS sama dengan partai-partai lain, perhatikanlah
baik-baik setiap kasus yang menimpa PKS. Semuanya baru dugaan dan tak
pernah diajukan kemeja pengadilan. Kasus korupsi daging impor yang
dimuat di Majalah Tempo, hingga hari ini tak pernah masuk keranah hukum.
Bahkan, kalau mau jujur, apa yang menimpa Arifinto, belum terbukti
benar. Sejauh ini, media menghakimi Arifinto sengaja membuka situs
porno, yang kemudian dibantah oleh Arifinto bahwa ia hanyamembuka link
email.
Dan inilah yang membuat PKS tetap beda dengan partai lainnya. Meski
belum terbukti, Arifinto langsung mundur sebagai anggota DPR. Tahukah
jika di gedung dewan yang terhormat itu, teramat banyak anggotanya yang
jelas-jelas sudah terbukti bersalah, namun tak mau mundur dengan
alasan kasusnya belum memiliki kekuatan hukum tetap?
Tahukah jika disana banyak tindakan anggota dewan yang jauh lebih
menjijikkan dan memalukan dibanding Arifinto? Tidur saat sidang, jarang
hadir, menelepon dan bermain ipad. Tapi mereka tak malu. Dan karenanya
mereka tak mau mundur.
PKS Tetap Beda!
Lihatlah saat PKS melakukan pergantian pucuk pimpinan partai. Tak ada
gontok-gontokan. Tak ada keributan. Tak ada politik uang. Tak ada kursi
terbang di atas kepala. Tak ada kata-kata makian yang terlontar.
Semuanya berlangsung smooth. Bahkan tak jarang di antara kader PKS
saling mempersilakan diri untuk menjadi pemimpin.
Itu karena bagi kader PKS, menjadi pemimpin adalah amanah berat yang
kelak harus dipertanggungjawabkan di akhirat. Menjadi pemimpin di DPC,
DPD, DPW atau DPP bukanlah tiket untuk menjadi anggota dewan atau
menteri. Dan karena itu pula, tak ada dalam kamus kader PKS untuk
mati-matian memperebutkannya.
Bandingkan dengan partai lain. Setiap dihelat munas, rapimnas, mukernas
atau yang sejenisnya, selalu saja berita yang tersaji sangat tidak
elok untuk didengar. Isu suap, perkelahian di ruang sidang, kursi
terbang, dan sebagainya. Ujung-ujungnya, ketika ada pihak yang kalah,
maka mereka akan keluar dari partai dan membuat barisan baru.
PKS Tetap Beda!
Masih ingatkah dengan tradisi politik adiluhung yang dilakukan PKS
sejak dulu? PKS mengharamkan rangkap jabatan. Tak ada dalam kamus PKS,
seorang pejabat public juga menjadi pejabat partai. Di mulai dengan
mundurnya Nurmahmudi Ismail yang saat itu diangkat menjadi menteri
Kehutanan oleh Gus Dur. Ia mundur sebagai presiden partai untuk
menghilangkan konflik kepentingan. Tradisi itu terus PKS lakukan
hinggasaat ini.
Bukankah secara kasat mata saja, terlihat perbedaan PKS dengan partai
lain? Di saat PKS mengharamkan rangkap jabatan, di saat yang sama
partai-partai lain justru dengan sengaja menjadikan pimpinan partainya
merangkap jabatan sebagai pejabat publik. Kita bias melihatnya
sekarang: betapa banyak pimpinan partai yang menjadi menteri.
PKS Tetap Beda!
Slogan PKS sebagai partai yang peduli, bukan pepesan kosong. Berapa
kali sudah PKS berada di garda terdepan saat bencana dating menghantam
negeri kita tercinta. Di Aceh kala tsunami menerjang; Di Yogyakarta
kalagempa mengguncang; di Padang dan Mentawai saat lindu menggoyang;
juga di Yogyakarta kala Merapi meradang. Kepedulian PKS adalah wujud
Islam yang rahmatan lil ‘alamin. Praktek nyata dari keindahan
nilai-nilai Islam dalam memandang kemanusiaan.
Itulah yang membedakan PKS dengan partai lain. PKS hadir setiap hari:
dimana pun dan kapanpun. PKS tak hanya hadir saat menjelang pilkada
atau pemilu. PKS tak hadir lima tahun sekali dengan membagi-bagi
sembako, kaos, jilbab dan uang. Tak semurah dans erendah itu PKS
menghargai rakyat.PKS hadir setiap saat ketika masyarakat membutuhkan
PKS.
PKS Tetap Beda!
Meski kader PKS mulai dihinggapi persoalan-persoalan yang mirip dialami
kader partai lainnya, tak serta merta membuat PKS sama. Kasus Arifinto
yang menurutnya tak sengaja membuka konten porno tentu saja jauh
berbeda dengan kasus sejenis yang dialami kaderpartai lain. Arifinto
bukanlah Yahya Zaini atau Max Moein yang jelas-jelas telah berzina.
Akhirnya, kami hanya ingin mengingatkan: Toyota Alphard dan Bajaj
tetaplah berbeda meski keduanya memiliki bentuk roda yang sama yakni
bundar.
Wallahua’lam bishshowab.
sumber: kompasiana.com
Posting Komentar